Cara TGB Melunakkan Ponpes yang Malas Angkat Bendera Merah Putih


Tulisan ini terinspirasi dari catatan wawancara antara TGB dan BBC.COM.  Hasil wawancara ini khusus soal jawaban TGB ketika ada pertanyaan terkait radikalisme, berikut pertanyaan itu, dan jawaban TGB

Anda sendiri banyak berjumpa baik dengan kubu Islam konservatif dan juga Islam moderat. Sebenarnya Anda berada di mana?


Kalau saya menganggap bahwa klasifikasi sosial itu kan tidak boleh rigid ya seperti dua tambah dua sama dengan empat. Saya tetap meyakini bahwa elemen Islam, mayoritas, dalam interaksi saya dengan banyak pihak bahkan dengan kelompok yang disebut sangat radikal sekalipun, ternyata radikalitas itu tidak selalu bersumber dari pemahaman. Radikalitas itu bisa bersumber dari perlakuan yang dia terima dalam jangka panjang.

Saya pernah ke pondok pesantren yang disebut paling radikal di NTB, di Bima. Pesantren itu tidak pernah mau mengangkat bendera merah putih. Saya dalami, saya diskusi, yang sangat aneh adalah pimpinan pondok itu punya anak, dia menjadi pasukan Paskibraka.

Bayangin, pondoknya tidak mau mengangkat bendera merah putih tapi anaknya kerjanya mengangkat bendera merah putih. Lalu saya dalami ternyata masalahnya adalah pondok itu tidak pernah mendapatkan perhatian. Saya bilang "Mulai saat ini kita salaman, Anda mendapatkan hak Anda, persis sama seperti sekolah-sekolah lain." Kita bersama-sama ke halaman, angkat bendera merah putih.

Tidak bisa kita mendekati fenomena radikalitas Islam itu hanya dengan kacamata kuda. Kita letakkan semua dalam satu keranjang. Diagnosa masing-masing kasus-kasus yang ada. Karena dengan mendiagnosa dengan benar, obatnya juga pasti benar. Tapi kalau keliru, yang tak radikal itu bisa jadi radikal.

Dan kalau ditanya saya di mana, saya adalah alumnus Al Azhar dan di dalam Al Azhar itu kita diajar moderasi Islam.

 "Kalau ditanya saya dimana, saya adalah alumnus Al Azhar dan di dalam Al Azhar itu kita diajar moderasi Islam," kata TGB.Baca Selengkapnya DISINI

No comments

ADS

Powered by Blogger.